Kesehatan (lain-sisi.com)-- Dinas Kesehatan mengidentifikasi dua klaster penyebaran penyakit Antraks di Kabupatèn Gunungkidul. Dari dua titik ini terdapat puluhan warga yang sampai saat ini masih dalam pantauan kesehatan pasca kontak langsung dengan sapi yang mati mendadak dan disembelih
Ismono, Kepala Dinas Kesehatan Gunungkidul menyatakan bahwa saat ini, pihaknya terus memantau kesehatan dari 25 warga di dua kalurahan, masing masing Kalurahan Tileng Kapanewon Girisubo dan Kalurahan Bohol, Kapanewon Rongkop
"Mereka (25 warga) ini yang diketahui kontak langsung dengan hewan yang mati mendadak dan disembelih," kata Ismono, Selasa (15/4/2025)
Ismono mengatakan, bahwa saat ini terdapat 2 klaster antraks di Kabupaten Gunungkidul. klaster pertama di Girisubo ada 4 orang kontak erat, 3 diantaranya positif 1 orang suspek. Sedangkan di klaster Rongkop ada 1 orang terdapat luka namun hasil laboratoriumnya negatif antraks.
"Pemantauan kondisi kesehatan warga terus dilakukan petugas dari Puskesmas selama 60 hari pasca mereka memeriksakan diri," terang Ismono
Puluhan warga ini diketahui kontak erat dengan ternak mati, seperti mengangkut sapi sakit setelah disembelih, sopir angkutan dan lainnya.
"Kalau keluarga pemilik sendiri justru tidak ada," imbuhnya.
Penyakit Antraks, lanjut Ismono, adalah penyakit yang bisa menular dari hewan yang terjangkit ke manusia
"Tapi tidak menular dari manusia ke manusia," ungkapnya
Ketika Antraks menjangkiti manusia dapat dilihat dari gejala gejala yang muncul. Diantaranya, terdapat luka terbuka di kulit yang berbentuk bulat (luka lesi) dan disekitarnya meradang merah. Kemudian di tengahnya terdapat keropeng. Atasnya kering namun kadang dapat diangkat dan luka di bawah basah.
"Pasien juga mengalami panas tinggi selama 3 sampai 5 hari," tambahnya.
Gejala penyakit ini, selain infeksi melalui kulit, juga bisa menyerang saluran pencernaan dan pernafasan pada manusia. Mulai dari mual, sesak nafas, mudah lelah, diare hebat, nyeri dada dan lainnya.
"Pada kondisi ini, Antraks memiliki dampak mortalitas (kematian) yang tinggi dibanding luka infeksi. Jadi pasien harus mendapatkan penanganan medis yang tepat, kalau tidak bisa fatal," pungkasnya